Terima Kasih atas Ketersediaan anda untuk bergabung di Blog saya, mudah-mudahan apa yang anda inginkan terdapat di Blog saya ini. sekali lagi TERIMA KASIH. Salam hangat "Willy_d'Zaylivers"

Kamis, 14 April 2011

Sejarah dan Kontroversi D'Masiv

D’Masiv merupakan sebuah grup musik asal Indonesia yang berdomisli di Jakarta. Anggotanya 5 orang yaitu Rian Ekky Pradipta (vokal), Dwiki Aditya Marsall (gitaris), Nurul Damar Ramadan (gitaris), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bass), dan Wahyu Piadji (drum). Nama D’Masiv belakangan disejajarkan dengan band-band "papan atas" Indonesia seperti Ungu, Nidji, atau Peterpan karena popularitas lagu-lagu mereka.

D’Masiv pertama kali dibentuk pada 3 Maret 2003. Nama D’Masiv sendiri berasal dari kata dalam bahasa Inggris "massive" sebagai semacam pengharapan agar bisa meraih hasil sebaik mungkin di kancah musik nasional. Nama mereka mulai melambung setelah berhasil memenangkan kompetisi musik A Mild Live Wanted pada tahun 2007. D’Masiv akhirnya merilis album pertama mereka berjudul "Perubahan" pada tahun 2008 dengan lagu "Cinta Ini Membunuhku" sebagai lagu andalannya. Lagu ini sangat populer sehingga semakin melambungkan nama mereka di kancah musik nasional. Di akhir tahun 2008, D’Masiv membuat wadah perkumpulan bagi para penggemarnya dengan nama Masiver.

Pada tahun 2009, D’Masiv merilis mini album baru yang berisi 2 buah lagu berjudul "Mohon Ampun Aku" dan "Jangan Menyerah". Menurut Rian, vokalis D’Masiv, proses pembuatan mini album ini sangat singkat dan dirilis untuk menyongsong bulan Ramadan 1430 H yang jatuh menjelang akhir bulan Agustus 2009.

D’Masiv sempat diberitakan sebagai penjiplak karya musik band lain. Kredibilitas Anugerah Musik Indonesia Ke-12 tahun 2009 pun sempat diragukan hanya karena memasukkan nama band ini sebagai salah satu nominasi peraih penghargaan Artis Pendatang Baru Terbaik. Anggota Dewan Pengarah AMI Seno M. Hardjo bahkan mengatakan pihaknya kecolongan dengan masuknya D’Masiv.

Beberapa dari lagu yang dituduh menjiplak tersebut di antaranya adalah lagu berjudul Dilema yang dianggap mencontek hampir semua bagian dari lagu Soldier’s Poem yang dibawakan band populer asal Inggris, Muse. Lagu Dan Kamu dianggap menjiplak Head Over Heels (In This Life) milik band Switchfoot asal San Diego, Amerika Serikat. Lagu Switchfoot lainnya yang berjudul Awakening juga dianggap dicontek intro dan ketukan ritmenya dalam lagu Diam Tanpa Kata. Intro lagu Luka Ku sendiri dianggap sangat mirip dengan Drive-nya Incubus, sementara intro lagu Cinta Sampai di Sini dianggap persis dengan intro lagu Into The Sun milik band Lifehouse dari Los Angeles, AS. Semua lagu itu ada di album perdana D’Masiv yang berjudul Perubahan. Diberitakan pula sumber di internet yang juga mengatakan bahwa lagu "Cinta Ini Membunuhku adalah hasil jiplakan dari lagu "I Don't Love you" milik My Chemical Roamnce. Lagu sebelah mata juga menurut mereka memiliki kemiripan intro dengan lagu dari Fall Out Boy ,"The Take Over The Breaks Over. Dan intro lagu "Tak Pernah Rela" mirip seperti lagunya Keane, "Is It any Wonder." Belakangan, muncul lagi berita bahwa lagu terbaru D’Masiv Jangan Menyerah menjiplak lagu Muse yang berjudul Falling Away With You.

Tidak hanya lagu-lagu mereka yang disorot menjiplak hasil karya orang lain. Sampul album pertama D’Masiv yang berjudul "Perubahan" juga dituduh meniru salah satu sampul album dari band Aerosmith (lihat gambar).




D’Masiv sendiri menolak semua tudingan bahwa mereka adalah band plagiator yang hanya bisa menjiplak lagu musisi lain. Dalam jumpa pers yang digelar di Hard Rock Cafe Jakarta pada tanggal 1 April 2009, vokalis Rian mengaku dia dan grupnya hanya terinspirasi lagu-lagu dari musisi luar seperti Muse, Switchfoot, dan Incubus.

Senin, 04 April 2011

PERSAHABATAN

Narator : Aaron dan Julio merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika keluarga Julio jatuh miskin, Aaron pun tak ingin lagi bersahabat dengan Julio. Suatu siang ketika Julio, Aaron, Nuii, Gerit dan Romario sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Julio dengan berat hati mengatakan kepada Aaron untuk membantunya. Karena menurutnya Aaron lah yang bisa menolongnya dan Aaron merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Aaron balik menghina Julio.

Julio : Aaron, bisakah kau menolongku sedikit saja?

Aaron : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong?

Julio : Kenapa dengan mu Aaron? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu?

Aaron : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang yang kaya.

Nuii : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu.

Julio : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Aaron?

Aaron : Baik-baik saja? Gini ya Nui, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh.

..........( Julio pun pergi karena mendengar perkataan Aaron seperti itu )……….

Nuii : Jangan begitu Aaron. Bukannya kau dan Julio memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Julio dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.
Romario : Betul itu kata Nui. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia.

Gerit : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini?

Aaron : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing.

Romario : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu dan Julio berakhir seperti ini.

Aaron : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian. ( Aaron pun langsung pulang )

Gerit : Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Julio. Bukankah selama ini dia yang selalu saja membela-bela Julio ketika ada masalah?

Nuii : ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Aaron hanya mau berteman dengan orang yang Kaya.

Romario : Pantas saja.

Gerit : Pantas apanya?

Romario : sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja.

Nuii : betul itu.

Narator : keesokan harinya Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Julio. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan kesekolah, dengan tidak sengaja mereka bertemu dengan Julio di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas.

Nuii : Hey bukannya itu Julio?

Romario : ia benar itu Julio. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu.

Nuii : ia benar. (Nuii pun langsung menarik Aaron yang jalan di belakangnya dan sedang asyik dengan Iphone-nya) Liat itu? Apa yang sahabatmu lakukan?

Aaron : haha… Pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin.

Gerit : Apaan sih. Ayo kita samperin saja dia.

Nuii : Julio, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini?

Julio : (dengan Kaget) aku? Ya seperti yang kalian liat.

Aaron : aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu saja kalian kerjaan orang miskin.

Romario : sudahlah Aaron, begitu-begitu Julio itu sahabatmu.

Nuii : Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Julio?

Julio : Begini, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang sekolah dan aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup.

Gerit : Mulia betul hati mu sobat.

Aaron : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia.

Julio : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Aaron. (Julio pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk)

Nuii : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Aaron, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Julio rasakan sekarang.

Gerit dan Romario : Betul itu.

Aaron : haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi. Haha ( sambil tertawa Aaron pun jalan meninggalkan mereka bertiga)

Gerit : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja.

Nuii : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita.

Romario : ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Julio.

……….( mereka bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke sekolah )……….

Narator : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Julio. Dan ketika semuanya telah terjadi, Aaron pun merasakan apa yang dulu Julio rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Aaron tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Julio.

BADAI SEPANJANG MALAM

Para Pelaku:
1.Jamil, seorang guru SD di Klaulan,Lombok Selatan,berumur 24 tahun
2.Saenah,istri Jamil berusia 23 tahun
3.Kepala Desa,suara pada flashback

Setting :
Ruangan depan sebuah rumah desa pada malam hari.Di dinding ada lampu
minyak menyala.Ada sebuah meja tulis tua. Diatasnya ada beberapa buku
besar.Kursi tamu dari rotan sudah agak tua.Dekat dinding ada balai balai .Sebuah radio transistor juga nampak di atas meja.

Suara :
Suara jangkerik.suara burung malam.gonggongan anjing di kejauhan.Suara Adzan subuh.

Musik:
Sayup sayup terdengar lagu Asmaradahana,lewat suara sendu seruling

Note:
Kedua suami istri memperlihatkan pola kehidupan kota.dengan kata lain,mereka berdua memang berasal dari kota.tampak pada cara dan bahan pakaian yang mereka kenakan pada malam hari itu.mereka juga memperlihatkan sebagai orang yang baik baik.hanya idelisme yang menyala nyala yang menyebabkan mereka berada di desa terpencil itu.

01.Begitu layar tersingkap, nampak jamil sedang asyik membaca.Kaki nya ditelusurkan ke atas kursi di depannya.Sekali sekali ia memijit mijit keningnya dan membaca lagi.Kemudian ia mengangkat mukanya,memandang jauh ke depan,merenung dan kembali lagi pada bacaannya.Di kejauhan terdengar salak anjing melengking sedih.Jangkerik juga menghiasi suasana malam itu. Di kejauhan terdengar seruling pilu membawakan Asmaradahana.
Jamil menyambar rokok di atas meja dan menyulutnya.Asap berekepul ke atas.Pada saat itu istrinya muncul dari balik pintu kamar.


02.Saenah :
Kau belum tidur juga?kukira sudah larut malam.Beristirahatlah,besok kan hari kerja?

03.Jamil:
Sebentar,Saenah.Seluruh tubuhku memang sudah lelah,tapi pikiranku masih saja mengambang ke sana kemari.Biasa, kan aku begini malam malam.

04.saenah:
Baiklah.tapi apa boleh akuketahui apa yang kaupikirkan malam ini?

05.jamil:
Semuanya,semua apa yang kupikirkan selama ini sudah kurekam dalam buku harianku,Saenah.Perjalanan hidup seorang guru muda-yang ditempatkan di suatu desa terpencil-seperti Klulan ini kini merupakan lembaran lembaran terbuka bagi semua orang.

06.Saenah:
Kenapa kini baru kau beritahukan hal itu padaku?Kau seakan akan menyimpan suatu rahasia.Atau memang rahasia?

07.Jamil:
Sama sekali bukan rahasia ,sayangku! Malam malam di tempat terpencil seakan memanggil aku untuk diajak merenungkan sesuatu.Dan jika aku tak bisa memenuhi ajakannya aku akan mengalami semacam frustasi.Memang pernah sekali,suatu malam yang mencekam,ketika aku sudah tidur dengan nyenyak,aku tiba pada suatu persimpangan jalan di mana aku tidak boleh memilih.Pasrah saja.Apa yang bisa kaulakukan di tempat yang sesunyi ini?[Dia menyambar buku hariannya yang terletak di atas meja dan membalik balikkannya] Coba kaubaca catatanku tertanggal…[sambil masih membolak balik]..ini tanggal 2 oktober 1977.

08.Saenah:
[Membaca] “Sudah setahun aku bertugas di Klaulan.Suatu tempat yang terpacak tegak seperti karang di tengah lautan,sejak desa ini tertera dalam peta bumi.Dari jauh dia angker,tidak bersahabat:panas dan debu melecut tubuh.Ia kering kerontang,gersang.Apakah aku akan menjadi bagian dari alam yang tidak bersahabat ini?Menjadi penonton yang diombangkan ambingkan oleh…barang tontonannya.Setahun telah lewat dan selama itu manusia ditelan oleh alam”.[Pause dan Saenah mengeluh;memandang sesaat pada Jamil sebelum membaca lagi].”Aku belum menemukan kejantanan di sini.Orang orang seperti sulit berbicara tentang hubungan dirinya dengan alam.Sampai di mana kebisuan ini bisa diderita?Dan apakah akan diteruskan oleh generasi generasi yang setiap pagi kuhadapai?Apakah di sini tidak dapat dikatakan adanya kekejaman.”[Saenah berhenti membaca dan langsung menatap pada Jamil]

09.Jamil:
Kenapa kau berhenti?jangan tatap aku seperti itu,Saenah.

10.Saenah:
Apakah tulisan ini tidak keterlaluan?Bisakah ditemukan kejujuran di dalamnya?

11.Jamil:
Kejujuran kupertaruhkan di dalamnya,Saenah.Aku bisa mengatakan,kita kadang-kadang dihinggapi oleh sikap sikap munafik dalam suatu pergaulan hidup.Ada ikatan ikatan yang mengharuskan kita berkata “Ya!” terhadap apa pun,sekalipun dalam hati kecil kita berkata”Tidak”.Kejujuranku mendorong aku berkata,”Tidak”,karena aku melatih diri menjadi orang yang setia kepada nuraninya.Aku juga tahu, masa kini yang dicari adalah orang orang yang mau berkata”Ya”.Yang berkata “Tidak” akan disisihkan.[Pause] Memang sulit,Saenah.Tapi itulah hidup yang sebenarnya terjadi.Kecuali kalau kita mau melihat hidup ini indah di luar,bobrok di dalam.Itulah masalahnya.[Pause.Suasana itu menjadi hening sekali.Di kejauhan terdengar salak anjing berkepanjangan]

12.Saenah:
Aku tidak berpikir sampai ke sana. Pikiranku sederhana saja.kau masih ingat tentunya,ketika kita pertama kali tiba di sini,ya setahun yang lalu.Tekadmu untuk berdiri di depan kelas,mengajar generasi muda itu agar menjadi pandai.Idealismemu menyala nyala.Waktu itu kita disambut oleh Kepala Desa dengan pidato selamat datangnya.[S aenah lari masuk.Jamil terkejut.tetapi sekejap mata Saenah muncul sambil membawa tape recorder!] Ini putarlah tape ini.Kaurekam peristiwa itu.[Saenah memutar tape itu,kemudian terdengarlah suara Kepala Desa]’…Kami ucapkan selamat datang kepada Saudara Jamil dan istri.Inilah tempat kami.Kami harap saudara betah menjadi guru di sini.Untuk tempat saudara berlindung dari panas dan angin,kami telah menyediakan pondok yang barangkali tidak terlalu baik bagi saudara.Dan apabila Anda memandang bangunan SD yang cuma tiga kelas itu.Dindingnya telah robek,daun pintunya telah copot,lemari lemari sudah reyot,lonceng sekolah bekas pacul tua yang telah tak terpakai lagi.Semunya,semuanya menjadi tantangan bagi kita bersama.Selain itu,kami perkenalkan dua orang guru lainnya yang sudah lima tahun bekerja di sini.Yang ini adalah Saudara Sahli,sedang yang berkaca mata itu adalah Saudara Hasan.Kedatangan Saudara ini akan memperkuat tekad kami untuk membina generasi muda di sini.Harapan seperti ini menjadi harapan Saudara Sahli dan Saudara Hasan tentunya.”[Saenah mematikan tape.Pause,agak lama.Jamil menunduk,sedang Saenah memandang pada Jamil.Pelan pelan Jamil mengangkat mukanya.Mereka berpandangan]

13.Saenah:
Semua bicara baik-baik saja waktu itu dan semuanya berjalan wajar.

14.Jamil:
Apakah ada yang tidak wajar pada diriku sekarang ini ?

15.Saenah:
Kini aku yang bertanya:jujurkah pada nuranimu sendiri?Penilaian terakhir ada pada hatimu.dan mampukah kau membuat semacam pengadilan yang tidak memihak kepada nuranimu sendiri?Karena bukan mustahil sikap keras kepala yang berdiri di belakang semuanya itu.Terus terang dari hari ke hari kita seperti terdesak dalam masyarakat yang kecil ini.

16.Jamil:
Apakah masih harus kukatakan bahwa aku telah berusaha berbuat jujur dalam semua tindakanku?Kau menyalahkan aku karena aku terlalu banyak bilang”Tidak” dalam setiap dialog dengan sekitarku.Tapi itulah hatiku yang ikhlas untuk ikut gerak langkah masyarakatku.Tidak,Saenah.Mental masyarakat seperti katamu itu tidak terbatas di desa saja, tapi juga berada di kota

17.Saenah:
Kau tidak memahami masyarakatmu.

18.Jamil:
Masyarakat itulah yang tidak memahami aku.

19.saenah:
siapa yang salah dalam hal ini.

20.Jamil:
Masyarakat.

21.Saenah:
Yang menang ?

22.Jamil:
Aku

23.Saenah:
Lalu ?

24.Jamil:
Aku mau pindah dari sini.[Pause. Lama sekali mereka berpandangan.].

25.Saenah:
[Dengan suara rendah]Aku kira itu bukan suatu penyelesaian.

26.Jamil:
[Keras] Sementara memang itulah penyelesaiannya.

27.Saenah:
[Keras]Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu.Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis.Idealis sejati,malah.Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu.[Pause]

[Lemah diucapkan]Aku terkenang masa itu,ketika kau membujuk aku agar aku mu datang kemari[Flashback dengan mengubah warn cahaya pelan pelan.Memakai potentiometer.Bisa hijau muda atau warna lainnya yang agak kontras dengan warna semula.Musik sendu mengalun]

28.Jamil:
Aku mau hidup jauh dari kebisingan,Saenah.Aku tertarik dengan kehidupan sunyi di desa,dengan penduduknya yang polos dan sederhana.Di sana aku ingin melihat manusia seutuhnya.Manusia yang belum dipoles sikap sikap munafik dan pulasan belaka.Aku harap kau menyambut keinginanku ini dengan gembira,dan kita bersama sama kesana.Di sana tenagaku lebih diperlukan dari pada di kota.Dan tentu banyak yang dapat aku lakukan.

29.Saenah:
Sudah kaupikirkan baik baik? Perjuangan di sana berarti di luar jangkauan perhatian.

30.Jamil:
Aku bukan orang yang membutuhkan perhatian dan publikasi.Kepergianku ke sana bukan dengan harapan untuk menjadi guru teladan.Coba bayangkan,siapa pejabat yang bisa memikirkan kesulitan seorang guru yang bertugas di Sembalun,umpamanya?Betul mereka menerima gaji tiap bulan.Tapi dari hari ke hari dicekam kesunyian,dengan senyum secercah terbayang di bibirnya bila menghadapi anak bangsanya.dengan alat alat serba kurang mungkin kehabisan kapur,namun hatinya tetap di sana.Aku bukan orang yang membutuhkan publikasi,tapi ukuran ukuran dan nilai nilai seorang guru di desa perlu direnungkan kembali.Ini bukan ilusi atau igauan di malam sepi,Saenah.Sedang teman teman di kota mempunyai kesempatan untuk hal hal yang sebaliknya dari kita ini.Itulah yang mendorong aku,mendorong hatiku untuk melamar bertugas di desa ini.

31.Saenah:
Baiklah, Sayang.Ketika aku melangkahkan kaki memasuki gerbang perkawinan kita,aku sudah tahu macam suami yang kupilih itu.Aku bersedia mendampingimu.Aku tahu,apa tugas utamaku disamping sebagai seorang ibu rumah tangga.Yaitu menghayati tugas suami dan menjadi pendorong utama karirnya.Aku bersedia meninggalkan kota yang ramai dan aku sudah siap mental menghadapi kesunyian dan kesepian macam apa pun.Kau tak perlu sangsi.[Pause senbentar.Pelan pelan lampu kembali pada cahaya semula]

32.Saenah:
Kini aku menjadi sangsi terhadap dirimu.Mana idealisme yang dulu itu? Tengoklah ke kanan.apakah jejeran buku-buku itu belum bisa memberikan jawaban pada keadaan yang kauhadapi sekarang?Di sana ada jawaban yang diberikan oleh Leon Iris,Erich Fromm,Emerson atau Alvin Toffler.Ya,malam malam aku sering melihat kau membuka-buka buku-buku Erich Fromm yang berjudul The Sane Society atau Future Shock nya Alvin Toffler itu.

33.Jamil:
Apa yang kau kauketahui tentang Eric Fromm dengan bukunya itu? Atau Toffler?

34.Saenah:
Tidak banyak.Tapi yang kuketahui ada orang-orang yang mencari kekuatan pada buku-bukunya.Dan dia tidak akan mundur walau kehidupan pahit macam apa pun dosodorkan kepadanya.karena ia mempunyaai integritas diri lebih tinggi dri orang-orang yng menyebabkan kepahitan hidupnya.apakah kau menyerah dalam hal ini?Ketika kau melangkahkan kakimu memasuki desa ini terlalu bnyak yang akan kausumbngkan padanya,ini harsus kauakui.Tapi kini-akuilah-kau menganggap desa ini terlalu banyak meminta dirimu.Inilah resiko hidup di desa.Seluruh aspek kehidupan kita disorot.Smpai sampai soal pribadi kita dijadikan ukuran mampu tidaknya kita bertugas.Dan aku tahu hal itu.Karena aku kenal kau.[Suasana menjadi hening sekali.Pause]
Aku sama sekali tak menyalahkan kau.malah dim diam menghargai kau, dan hal itu sudah sepantasnya.Aku tidak ingin kau tenggelam begitu saja dalam suatu msyarakat atau dalam suatu sistem yang jelek namun telah membudaya dalam masyarakat itu.Di mana pun kau berda.juga sekiranya kau bekerja di kantor.Kau pernah dengan penuh semangat menceritakan bagaimana novel karya Leon Uris yang berjudul QB VII.Di sana Uris menulis,katamu bahwa seorang manusia harus sadar kemanusiaannya dan berdiri tegak antara batas kegilaan lingkungannya dan kekuatan moral yang seharusnya menjadi pendukungnya.Betapapun kecil kekuatan itu.Di sanalah manusia itu diuji.Ini bukan kuliah.Aku tak menyetujui bila kau bicara soal kalah menang dalam hal ini.Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.Dialog yang masih kurang.

34.Jamil:
Aku mungkin mulai menyadari apa benda yang hilang yang kaukatakan tadi.generasi sekarang mengalami kesulitan dalam masalah hubungan.Hubungan antar sesama manusia.Mereka mengalami apa yang disebut kegaguan intelektual.kita makin cemas,kita seakan akan mengalami kemiskinan artikulasi.Disementara sekolah di banyak sekolah malah,mengarang pun bukanlah menjadi pelajaran utama lagi,sementara makin banyak gagasan yang harus diberitahukan ke segala sudut.Pertukaran pikiran makin dibutuhkan.

35.Saenah:
Ya,seperti pertukaran pikiran malam ini.Kita harus yakin akan manfaat pertukaran .Ada gejala dalam masyarakat di mana orang kuat dan berkuasa segan bertukar pikiran.Untuk apa ,kata mereka.Kan aku berkuasa.

36.Jamil;
Padahal nasib suatu masyarakat tergantung pada hal-hal itu.Dan kita jangan melupakan kenyataan bahwa masyarakat itu bukan saja berada dalam konflik dengan orang-orang yang mempunyai sikap yang tidak sosial tetapi sering pula konflik dengan sifat sifat manusia yang paling dibutuhkan,yang justru ditekan oleh masyarakat itu sendiri.

37.Saenah:
Itu kan Erich Fromm yang bilang.

38.Jamil:
Memang aku mengutip dia.[Dari kejauhan terdengar suara bedug subuh kemudian adzan]

39.Saenah:
Aduh,kiranya sudah subuh.Pagi ini anak-anak menunggumu,generasi muda yang sangat membutuhkan kau.

40.Jamil:
Aku akan tetap berada di desa ini,sayangku.

41.Saenah:
Aku akan tetap bersamamu.Yakinlah.[Jamil menuntun istrinya ke kamar tidur.Musik melengking keras lalu pelan pelan,sendu dan akhirnya berhenti].


Catatan:
Naskah ini pernah dimuat dalam buku Kumpulan Drama Remaja, editor A.Rumadi.Penerbit PT Gramedia Jakarta,1988,halaman 25-33